Nonton UseeTV lewat PC tanpa STB

Mudah Nonton USEETV tanpa STB

Useetv lewat wifi

Useetv dengan STB bisa dilewatkan dengan wifi jadi bisa jarak jauh

5 Contoh Teks Anekdot dan Strukturnya

Contoh Teks Anekdot dan Strukturnya 


Presiden Indonesia ‘Gila’

Suatu waktu, dalam kunjungannya ke Amerika Serikat, Presiden Indonesia keempat terlibat obrolan ringan dengan Presiden Amerika di Gedung Putih. Presiden Indonesia kemudian bercerita tentang presiden-presiden yang pernah menjabat di Indonesia.
“Presiden-presiden di Indonesia itu gila semua.”, celetuk Sang Presiden RI.
“Kenapa Anda bicara seperti itu? Bisa tolong Anda jelaskan.”, Sang Presiden AS bertanya tidak mengerti.
“Ya, presiden pertama kami gila wanita. Kemudian presiden kedua gila harta. Lalu presiden yang menjabat sebelum saya, dia gila teknologi.”
“Lalu bagaimana dengan Anda sendiri yang menjabat sebagai presiden saat ini?”, Presiden AS bertanya.
Presiden RI pun menjawab sembari tertawa, “Kalau sekarang, yang gila ya yang milih saya”

Cerita di atas  merupakan salah satu contoh teks anekdot. Teks anekdot ini menyoroti tentang kejadian terpilihnya Presiden RI yang keempat, yakni K.H. Abdurrahman Wahid. Kala itu terpilihnya Gusdur, cukup membuat perdebatan, mengingat kondisi kesehatan fisik dari Gusdur, di mana salah satu persyaratan menjadi presiden adalah “sehat jasmani dan rohani”. Jika dilihat dari strukturnya, maka teks anekdot di atas dapat dijabarkan sebagai berikut:
·         Abstraksi :
Suatu waktu, dalam kunjungannya ke Amerika Serikat, Presiden Indonesia keempat tengah terlibat obrolan  ringan dengan Presiden Amerika di Gedung Putih.
·         Orientasi :
Presiden Indonesia kemudian bercerita tentang presiden-presiden yang pernah menjabat di Indonesia.
·         Krisis :
Presiden RI berkata, “Presiden-presiden di Indonesia itu gila semua.”
·         Reaksi :
“Kenapa Anda bicara seperti itu? Bisa tolong Anda jelaskan.”, Sang Presiden AS bertanya tidak mengerti. “Ya, presiden pertama kami gila wanita. Kemudian presiden kedua gila harta. Lalu presiden yang menjabat sebelum saya, dia gila teknologi.”. “Lalu bagaimana dengan Anda sendiri yang menjabat sebagai presiden saat ini?”, Presiden AS bertanya.
·         Koda :
Presiden RI pun menjawab sembari tertawa, “Kalau sekarang, yang gila ya yang milih saya


Contoh Teks Anekdot dan Strukturnya 

Tukang Roti

Di suatu hari, datang tukang roti yang melalui depan rumah, kemudian teman ane si enggal memanggil dia. Tak lama, datanglah tukang roti itu mendekati kita yang sedang istrirahat santai di taman depan rumah.
Enggar : “Adanya Roti jenis apa saja bang ?”
Tukang Roti : “Bisa bermacam maca, dek.”
Enggar : “Terus bang, roti ini apa yah rasanya ?”
Tukang Roti : “Roti ini coklat dek rasanya.”
Enggar : “Kalo roti ini rasa apa bang ?”
Tukang Roti : “roti rasa strawberry dek.”
Enggar : “kalo ini rasa apa bang ?”
Tukang Roti : “ini rasa nanas dek.”
Enggar : “Loh, terus mana rotinya bang ? sejak tadi mulu bicaranya buah-buahan terus ? memangnya abang jual apa sih, roti atau buah ? Jika kaya begini ane gak jadi jadi beli bang”
Tukang Roti : *Hening*
Dalam sekejab si tukang jual roti tersebut pingsan mendadak.
Struktur Bagian-Bagian dari Teks Anekdot berjudul Tukang Roti :
  • Abstraksi : Di suatu hari, datang tukang roti yang melalui depan rumah,
  • Orientasi : kemudian teman ane si enggal memanggil dia
  • Krisis : “Loh, terus mana rotinya bang ? sejak tadi mulu bicaranya buah-buahan terus ? memangnya abang jual apa sih, roti atau buah ? Jika kaya begini ane gak jadi jadi beli bang”
  • Reaksi : *Hening*
  • Koda : Dalam sekejab si tukang jual roti tersebut pingsan mendadak.




Contoh Teks Anekdot dan Strukturnya 

Kesetrika

di suatu pagi yang masih cerah, muncul sesosok laki-laki yang sedang ke rumah sakit karena kedua buah telinganya lagi kena luka bakar.
Doker : “looh, ada apa yang terjadi dengan telinga anda pak?”
Pasien : “begini dokter ceritanya, sebelumnya saya lagi menyetrika baju, nah, ketika saya lagi  menyetrika baju, secara mendadak telpon saya bunyi dan mendering. Sebab reflek, akhirnya ketika saat itu saya lagi memegang setrika, langsung saja saya tempelkan ke telinga kiri saya dok.”
Dokter : “oh, begitu toh ceritanya, saya mengerti keluhan  bapak, kemudian untuk telinga bapak yang sebelah kanan itu apa yang terjadi?”
Pasien : “Nah ini dia masalahnya dokter, si bego tersebut kembali menelpon.”
Bagian-Bagian Struktur dari Teks Anekdot Kesetrika :
  • Abstraksi : Di suatu pagi yang cerah
  • Orientasi : muncul sesosok laki-laki yang sedang ke rumah sakit karena kedua buah telinganya lagi kena luka bakar.
  • Krisis : “begini dokter ceritanya, sebelumnya saya lagi menyetrika baju, nah, ketika saya lagi  menyetrika baju, secara mendadak telpon saya bunyi dan mendering. Sebab reflek, akhirnya ketika saat itu saya lagi memegang setrika, langsung saja saya tempelkan ke telinga kiri saya dok”
  • Reaksi : “oh, begitu toh ceritanya, saya mengerti keluhan  bapak, kemudian untuk telinga bapak yang sebelah kanan itu apa yang terjadi?”
  • Koda : “Nah ini dia masalahnya dokter, si bego tersebut kembali menelpon.”


Contoh Teks Anekdot dan Strukturnya 

Bodrex

Suatu hari di bulan puasa, seorang kakek tiba-tiba merasa pusing di kepalanya. Sang kakek pun langsung meminum obat Bodrex yang ada di lemari untuk meredakan sakit kepalanya. Cucunya yang melihat kejadian tersebut kemudian bertanya, “Kakek kan sedang puasa, kenapa kakek malah minum obat?”. Dengan tampang tak berdosa, sang kakek menjawab sekenanya, “Itukan obat Bodrex, bisa diminum kapan aja.”
Cerita di atas merupakan contoh teks anekdot. Teks anekdot ini mencoba membahas tentang tagline dari salah satu merek obat, Bodrex. Tagline “Dapat diminum kapan saja” sebenarnya memiliki arti obat ini dapat diminum sebelum maupun sesudah makan. Namun, pada teks itu sengaja disalahtafsirkan untuk menampilkan unsur humor di dalamnya. Jika dilihat dari strukturnya, maka teks anekdot di atas dapat dijabarkan sebagai berikut:
·         Abstraksi : Suatu hari di bulan puasa.
·         Orientasi : Seorang kakek tiba-tiba merasa pusing di kepalanya.
·         Krisis : Sang kakek pun langsung meminum obat Bodrex yang ada di lemari untuk meredakan sakit kepalanya.
·         Reaksi : Cucunya yang melihat kejadian tersebut kemudian bertanya, “Kakek kan sedang puasa, kenapa kakek malah minum obat?”.
·         Koda : Dengan tampang tak berdosa, sang kakek menjawab sekenanya, “Itukan obat Bodrex, bisa diminum kapan aja.”
·          

Contoh Teks Anekdot dan Strukturnya 

Sekolah ‘Bertarif’ Internasional

Di sebuah sekolah, terlihat seorang guru tengah mengajar di sebuah ruang kelas. Sofa merupakan salah satu murid di kelas tersebut.
“Sebelum mengakhiri pelajaran, ibu guru akan memberikan sedikit pengumuman.”, sontak terdengar riuh tanda protes dari murid-murid.
“Tenang-tenang!”, sang guru kembali mengambil alih keadaan. “Ada kabar gembira, mulai pelajaran tahun depan, sekolah kita akan menjadi SBI.”. Kelas pun kembali riuh setelah mendengar pengumuman dari sang guru.
“Berarti sekolah kita bakal jadi sekolah bertaraf internasional, Bu?”, tanya seorang murid.
“Benar sekali. Seiring meningkatnya taraf sekolah kita, kita juga harus mempersiapkan hal-hal untuk meningkatkan kapabilitas kita, baik itu dari staf pengajar maupun dari siswa-siswinya. Kira-kira menurut kalian apa saja yang harus kita persiapkan?”, sang guru melemparkan pertanyaan ke murid-muridnya.
“Kemampuan bahasa Inggris, Bu. Karena kalau sekolah kita menjadi SBI, maka bahasa pengantar sehari-harinya menjadi bahasa Inggris, Bu.”, sahut salah seorang murid.
“Ya, benar sekali. Ada lagi yang menambahkan?”
“Harus nyiapin uang lebih banyak, Bu.”, celetuk Sofa dari baris belakang.
“Apa maksud kamu, Sofa?”, sang guru heran dengan jawaban muridnya.
“Ya iya, Bu. Kita harus mempersiapkan uang bayaran lebih banyak. Karena kalau sekolah kita jadi SBI bukan cuma tarafnya yang internasional, tapi ‘tarifnya’ juga internasional.”
Tawa pun pecah di seluruh ruang kelas, sang guru pun hanya bisa menggelengkan kepala menanggapi jawaban salah satu muridnya.
Cerita di atas merupakan salah satu contoh teks anekdot. Teks anekdot tersebut mencoba mengkritisi kebijakan sekolah bertaraf internasional yang beberapa waktu lalu sempat diterapkan di beberapa sekolah di dalam negeri. Kebijakan tersebut menjadi polemik karena dianggap membeda-bedakan kelas antar satu golongan murid dengan yang lainnya. Selain itu kebijakan sekolah bertaraf internasional juga dianggap sebagai ajang untuk meminta bayaran yang lebih tinggi dari para wali murid. Jika dilihat dari strukturnya, maka teks anekdot di atas dapat dijabarkan sebagai berikut:
·         Abstraksi :
Di sebuah sekolah, terlihat seorang guru tengah  sebuah ruang kelas. Sofa merupakan salah satu murid di kelas tersebut.
·         Orientasi :
“Sebelum mengakhiri pelajaran, ibu guru akan memberikan sedikit pengumuman.”, sontak terdengar riuh tanda protes dari murid-murid.
·         Krisis :
“Ada kabar gembira, mulai pelajaran tahun depan, sekolah kita akan menjadi SBI.”
·         Reaksi :
“Benar sekali. Seiring meningkatnya taraf sekolah kita, kita juga harus mempersiapkan hal-hal untuk meningkatkan kapabilitas kita, baik itu dari staf pengajar maupun dari siswa-siswinya. Kira-kira menurut kalian apa saja yang harus kita persiapkan?”, sang guru melemparkan pertanyaan ke murid-muridnya.
“Harus nyiapin uang lebih banyak, Bu.”, celetuk Sofa dari baris belakang.
“Apa maksud kamu, Sofa?”, sang guru heran dengan jawaban muridnya.
·         Koda :
“Ya iya, Bu. Kita harus mempersiapkan uang bayaran lebih banyak. Karena kalau sekolah kita jadi SBI bukan cuma tarafnya yang internasional, tapi ‘tarifnya’ juga internasional.”Tawa pun pecah di seluruh ruang kelas, sang guru pun hanya bisa menggelengkan kepala menanggapi jawaban salah satu muridnya.




‘Ujung – Ujungnya Duit’

Di suatu kelas tengah berlangsung pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Terlihat sang guru tengah menerangkan dengan semangat.
“Seperti yang dulu pernah diterangkan sewaktu SMP, Undang-Undang Dasar kita telah berubah beberapa kali mengikuti kondisi masyarakat Indonesia di zamannya. Namun, meski begitu, UUD 1945 tetap menjadi acuan semua peraturan yang berlaku di Indonesia dari dulu hingga sekarang. Dengan kata lain, semua peraturan di Indonesia diatur dalam UUD 1945.”, sang guru memandang ke sekeliling kelas, nampak seorang murid tertidur di bangku belakang.
“Tono, coba kamu jelaskan tentang perubahan UUD selama ini dan apa yang dimaksud semua peraturan diatur dalam UUD!”, sang guru setengah berteriak membangunkan.
Yang dimaksud Tono terbangun karena sikutan teman sebangkunya, “Saya, Pak?”, jawabnya masih setengah tertidur.
“Iya coba kamu jelaskan tentang perubahan UUD selama ini dan apa yang dimaksud semua peraturan diatur dalam UUD!”, sang guru mengulangi pertanyaannya.
“Saya tidak tahu pak tentang perubahan UUD.”,jawabnya asal. “Tapi saya bisa jelaskan mengapa semua peraturan diatur dalam UUD.”
“Maksud kamu? Coba jelaskan!”
“Kenapa semua peraturan diatur dalam UUD ya karena semua peraturan di Indonesia UUD alias ujung-ujungnya duit.”
Sontak suasana kelas pun menjadi ramai. Seluruh penghuni kelas tersebut, tak terkecuali sang guru tertawa mendengar celetukan Tono.
Cerita di atas merupakan salah satu contoh teks anekdot. Teks anekdot tersebut mencoba mengangkat fenomena yang sering terjadi di lembaga perwakilan rakyat yang merumuskan perundang-undangan. Undang-undang sering kali tidak lagi memperhatikan hajat orang banyak, namun lebih sering ditumpangi kepentingan-kepentingan yang menguntungkan beberapa pihak. Jika dilihat dari strukturnya, maka teks anekdot di atas dapat dijabarkan sebagai berikut:
·         Abstraksi :
Di suatu kelas tengah berlangsung pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Terlihat sang guru tengah menerangkan dengan semangat.
·         Orientasi :
“Seperti yang dulu pernah diterangkan sewaktu SMP, Undang-Undang Dasar kita telah berubah beberapa kali mengikuti kondisi masyarakat Indonesia di zamannya. Namun, meski begitu, UUD 1945 tetap menjadi acuan semua peraturan yang berlaku di Indonesia dari dulu hingga sekarang. Dengan kata lain, semua peraturan di Indonesia diatur dalam UUD 1945.”, sang guru memandang ke sekeliling kelas, nampak seorang murid tertidur di bangku belakang.
·         Krisis :
Saya tidak tahu pak tentang perubahan UUD.”,jawabnya asal. “Tapi saya bisa jelaskan mengapa semua peraturan diatur dalam UUD.”
·         Reaksi :
“Maksud kamu, coba jelaskan!”
·         Koda :
“Kenapa semua peraturan diatur dalam UUD ya karena semua peraturan di Indonesia UUD alias ujung-ujungnya duit.” Sontak suasana kelas pun menjadi ramai. Seluruh penghuni kelas tersebut, tak terkecuali sang guru tertawa mendengar celetukan Tono.

http://www.hokynet.com http://www.hokynet.com http://www.hokynet.com http://www.hokynet.com http://www.hokynet.com http://www.hokynet.com